Pencegahan Hama Dan Penyakit Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)

KUPANG NTT,Globalinvestigasinews.com-Di dalam melakukan kegiatan budi daya, pengendalian hama dan penyakit sangat diperlukan
untuk mencegah terjadinya kerugian oleh pembudidaya dan kerugian bagi orang banyak akibat mutu rendah

PENCEGAHAN HAMA DAN PENYAKIT.

Pencegahan merupakan langkah yang paling efektif untuk menekan resiko hama dan penyakit ikan nila, karena bila hama dan penyakit sudah menyerang, biaya penanggulangannya akan lebih besar. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah serangan hama dan penyakit ikan nila, diantaranya :

  • Pengolahan dasar kolam, yaitu pengeringan, pengapuran dan pemupukan. Pengeringan
    dilakukan dengan menjemur dasar kolam setiap kali hendak memulai budidaya. Sinar
    matahari bisa membunuh sebagian besar hama dan penyakit yang mungkin ada pada periode budidaya sebelumnya. Pengapuran dasar kolam juga membantu mematikan
    sebagian penyakit.
  • Memasang filter atau saringan pada pintu pemasukan air untuk mencegah sebagian hama
    dan vektor pembawa penyakit masuk ke dalam kolam
  • Lakukan secara rutin pemberantasan hama secara mekanis (diambil atau dibunuh) dan
    pemberantasan hama secara biologis (mempertahankan predator alami hama). Apabila
    hama tetap membandel bisa dipertimbangkan menggunakan obat-obatan kimia. Gunakan
    bibit ikan nila unggul yang tahan terhadap penyakit.
  • Mengurangi kepadatan ikan agar tidak terjadi kontak antar ikan secara langsung. Dengan
    jarangnya populasi, kadar oksigen terlarut dalam air kolam akan lebih banyak.
  • Berikan pakan dengan takaran yang tepat untuk menghindari terjadinya penumpukan sisa
    pakan dalam kolam. Sisa pakan akan membusuk sehingga menurunkan kualitas lingkungan
    kolam dan menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit.
  • Lakukan penanganan ikan secara hati-hati pada saat penebaran atau pemindahan antar kolam, agar ikan tidak terluka yang memicu infeksi penyakit.

Apabila langkah pencegahan sudah dilakukan dan hama penyakit tetap muncul, lakukanlah pemberantasan hama dan pengobatan penyakit dengan obat-obatan kimia. Yang perlu
diingat, pemberian bahan kimia akan mendatangkan efek samping.
Pengobatan penyakit bisa dilakukan dengan memberikan bahan kimia pada kolam, merendam ikan yang sakit, mencampur obat dengan pakan, atau memberikan obat secara langsung pada tubuh ikan.

HAMA IKAN NILA
Hama yang memangsa ikan nila tidak jauh berbeda dengan hama ikan air tawar lainnya.
Beberapa hama ikan nila yang paling sering dijumpai dan mempunyai efek mematikan
diantaranya :

  • Notonecta
    Masyarakat Jawa Barat menyebutnya bebebasan (menyerupai beras) karena terdapat bintik putih seperti beras. Hama ini menyerang benih ikan yang masih kecil. Upaya
    pencegahannya cukup sulit. Bila jumlahnya sudah terlalu banyak, hama ini diberantas dengan menyiramkan minyak tanah pada kolam. Jumlah minyak tanah yang diperlukan
    5 liter tiap 1000 m2
    luas kolam. Cara ini cukup efektif menekan populasi notonecta.
  • Larva cybister

Hama ini dikenal dengan nama ucrit, lebih mematikan dibanding notonecta. Warnanya kehijauan dan dapat bergerak dengan cepat. Bagian depan terdapat taring untuk menjepit mangsa, sedangkan di bagian belakangnya terdapat sengatan. Ucrit biasanya
menyerang benih ikan.

Ucrit menyukai lingkungan kolam yang banyak mengandung material organik. Untuk mencegahnya, bersihkan kolam secara rutin dari gulma dan sampah organik. Bila sudah dewasa, akan bermetamorfosis menjadi kumbang yang bisa meloncat antar kolam.
Bahan kimia yang mematikan bagi ucrit, akan mematikan juga bagi benih ikan nila.

Oleh karena itu, hama ucrit hanya dianjurkan untuk diberantas secara mekanis dan mengefektifkan pencegahan.

PENYAKIT IKAN NILA
Ikan nila bisa dikatakan relatif tahan terhadap penyakit. Hingga saat ini belum pernah ditemukan wabah penyakit secara besar-besran yang menyerang ikan nila. Tidak seperti
budidaya ikan mas, yang sering dilanda wabah.

Secara umum, terdapat dua tipe penyakit ikan nila, yakni penyakit infeksi atau penyakit menular dan penyakit non-infeksi yait