Banjarmasin,Glinews.com
Berita dan ucapan duka atas wafatnya KH. Asmuni atau Guru Danau mengalir dari berbagai penjuru banua Kalsel serta beredar di berbagai media massa termasuk pula dari jajaran pejabat di Kalimantan Selatan. Tak terkecuali Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Kalsel Dr. H. Muhammad Tambrin, M.M.Pd.
Tambrin mengaku memiliki kesan yang mendalam terhadap sosok Guru Danau yang telah tutup usia di kediamannya di Desa Danau Panggang, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Jumat (2/2/2024) sore atau bertepatan 21 Rajab 1445 Hijriah sekitar pukul 16.30 Wita.
“Alhamdulillah, saya pernah beberapa kali bersilaturrahmi dan mendengarkan petuah beliau. Sebagai ulama beliau merupakan sosok kharismatik dan figur penting sebagai panutan bagi masyarakat,” katanya.
Oleh karenanya, atas nama keluarga besar Kementerian Agama Kalsel kami menyampaikan belasungkawa serta turut berduka cita yang mendalam atas wafatnya beliau. “Inna lillahi wa inna ilaihi raji`un, dengan penuh rasa sedih, kami mengucapkan belasungkawa atas berpulangnya Guru Danau. Semoga Allah SWT mengaruniakan rahmat-Nya kepada beliau, aamiin,” katanya.
Dilansir dari berbagai sumber media online, Guru Danau dilahirkan pada tahun 50-an di Danau Panggang. Ada yang menulis tahun 1951, tahun 1955, dan adapula yang menulis 1957 sebagai tahun kelahirannya. Ayah beliau bernama Haji Masuni dan ibu bernama Hajjah Masjubah. beliau merupakan anak ketiga dari delapan bersaudara.
Ayah beliau berasal dari daerah Danau Panggang sedang ibunya berasal dari daerah Marabahan yang pindah ke Danau Panggang.
Guru Danau menempuh pendidikan tingkat dasar di Madrasah Ibtidaiah di Pesantren Mu’alimin Danau Panggang dan Madrasah Tsanawiyah Pesantren Mu’alimin Danau Panggang.
Kemudian meneruskan aliyah di Pesantren Darussalam Martapura. Selama belajar di Pesantren Darussalam, Guru Danau juga belajar dengan sejumlah ulama berpengaruh, diantaranya Tuan Guru Semman Mulya, Tuan Guru Royanidan Tuan Guru Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau Abah Guru Sekumpul.
Bahkan setelah memilik pengajian dan pesantren sendiri, secara rutin Guru Danau tetap mengikuti pengajian Abah Guru Sekumpul di Langgar Darul Aman maupun setelah pindah ke Langgar Ar-Raudah.
Setelah menamatkan pendidikan di Darussalam, Guru Danau dianjurkan Abah Guru Sekumpul untuk kembali belajar di Pesantren Datuk Kalampaian Bangil di Jawa Timur.
Setelah menuntut ilmu, Guru Danau membuka pengajian agama di Desa Bitin sejak tahun 1980 dan mengajar di Pesantren Salatiah. Kemudian mulai 1981, Guru Danau juga membuka pengajian di Danau Panggang sampai sekarang.(hum Kamenag/yuday)