GIN JATIM JEMBER
Kamis, 4 Juli 2024 | 14:18 WIB
Heru Ketua Maki Jatim (pendik)
Heru Ketua Maki Jatim (pendik)
Sidoarjo – Menindak lanjuti tentang adanya pengancaman terhadap mahasiswi di salah satu Kampus di wilayah Sidoarjo, Jawa Timur menjadi perhatian Ketua Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (Maki) termasuk soal potongan beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP).
HERU Maki jatim mengatakan, kejadian yang menimpa salah satu mahasiswi di kampus Sidoarjo itu sangat memprihatinkan. Karena terindikasi adanya tekanan dan ancaman yang dilakukan oleh pimpinan kampus soal potongan beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP).
“Memang kami rahasiakan narasumbernya. dia mengaku sangat ketakutan usai mendapatkan teror dan kebingungan harus mengadu kemana, karena intimidasi yang terus-menerus diterima dari pihak kampus.” Jelas Heru, Kamis (04/07).
Sebagai Ketua Masyarakat Anti Korupsi Indonesia Korwil Provinsi Jawa Timur, Heru sangat mengecam tindakan para oknum tersebut dan telah menerbitkan surat tugas khusus kepada Bidang Litbang dan investigasi MAKI Jatim.
“Tim investigasi akan secepatnya turun untuk melaksanakan tugas pendalaman kajian serta data terutama berkaitan dengan adanya ancaman yang didapat adik adik mahasiswa tersebut.” Katanya.
Masih kata Heru, tim akan turun untuk melakukan pemetaan, ada berapa kampus yang melakukan pemotongan dana beasiswa KIP seperti itu dan memberikan proteksi serta keamanan dan kenyamanan bagi saksi pelapor sesuai dengan laporan awal yang masuk ke MAKI Jatim,
“Kami akan berkomitment untuk memberantas para oknum yang tega mengambil dana bantuan bagi mahasiswa kurang mampu. Bidang Hukum MAKI Jatim siap menjadi pendamping hukum GRATIS bagi saksi pelapor dan korban yang notabene adik-adik mahasiswa.” Pungkasnya.
Lanjut Heru, mahasiswa penerima beasiswa KIP, yang merupakan bantuan dari pemerintah untuk mahasiswa kurang mampu, mengalami pemotongan dana secara paksa oleh oknum pimpinan kampus. Jika mereka menolak, mereka diancam dengan berbagai bentuk teror, mau dicabut dari penerima biasiswa KIP bahkan juga dipersekusi oleh pimpinan kampus.
“Menurutnya, saya dan teman-teman kuliah dengan keterbatasan biaya. Banyak yang kuliah sambil bekerja sebagai pengemudi ojek, guru ngaji, atau bekerja di pabrik. Ketika dana KIP dipotong, kami rugi secara materi dan juga mengalami tekanan psikologis karena diancam akan dikeluarkan,” ungkap salah satu mahasiswa kepada Ketua Maki.
Pemotongan beasiswa KIP ini dilakukan sejak awal semester hingga semester akhir, bahkan mahasiswa yang sudah lulus masih diminta oleh pihak kampus untuk memberikan sebagian dari dana beasiswa mereka.
“Kejanggalan ini semakin mencurigakan ketika pimpinan kampus mengundang mahasiswa penerima KIP untuk menghadiri pelatihan kewirausahaan yang pematerinya adalah istri dari salah satu pimpinan kampus dengan Inisial A.” Tambah dia
Para mahasiswa mencurigai bahwa praktik pemotongan ini merupakan pungutan liar (pungli) yang dilakukan oleh oknum pimpinan kampus tersebut pungkasnya
Pewarta maski