Pancasila sebagai Solusi dalam Menghadapi Polarisasi Sosial di Indonesia

Pancasila sebagai Solusi dalam Menghadapi Polarisasi Sosial di Indonesia

Artikel Opini- Oleh: Nonny Nurhata mahasiswi Universitas Pamulang PSDKU

Serang, Indonesia, sebagai negara yang kaya akan keragaman budaya, agama, dan suku, sering kali menghadapi tantangan besar dalam menjaga persatuan dan kesatuan di tengah perbedaan yang ada. Polarisasi sosial, yang semakin mengemuka dalam beberapa tahun terakhir, menjadi salah satu isu yang memprihatinkan. Terutama dengan berkembangnya media sosial yang dapat memperburuk perpecahan, polarisasi antara kelompok-kelompok yang berbeda semakin mencolok. Di sinilah peran Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia menjadi sangat relevan. Pancasila bukan hanya sebagai alat pemersatu, tetapi juga solusi untuk meredakan ketegangan sosial yang terjadi. Pancasila sebagai Pilar PersatuanPancasila, yang terdiri dari lima sila, menawarkan landasan filosofis yang kuat untuk membangun persatuan di tengah keberagaman. Sila pertama, “Ketuhanan yang Maha Esa”, memberikan ruang untuk setiap individu untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing tanpa ada paksaan atau diskriminasi. Dalam konteks polarisasi sosial, pemahaman tentang toleransi beragama yang terkandung dalam sila pertama dapat membantu meredakan ketegangan antara kelompok agama yang berbeda.Sila kedua, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”, mengajarkan bahwa setiap individu harus diperlakukan dengan adil, tanpa melihat latar belakang sosial, ekonomi, atau budaya. Ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga hak-hak dasar manusia dan menghormati martabat setiap orang, yang seringkali terabaikan dalam polarisasi yang berfokus pada perbedaan.Sila ketiga, “Persatuan Indonesia”, menekankan pentingnya menjaga keutuhan dan persatuan bangsa. Dalam menghadapi polarisasi sosial yang sering kali memecah belah masyarakat, sila ini mengingatkan kita untuk mengutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan kelompok atau golongan tertentu. Keberagaman yang ada seharusnya menjadi kekuatan, bukan pemecah belah.Sila keempat, “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalamPermusyawaratan/Perwakilan”, mengajak kita untuk menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan musyawarah dalam menyelesaikan perbedaan. Dalam konteks polarisasi sosial, prinsip ini mengajarkan pentingnya dialog terbuka dan inklusif, tanpa saling menyalahkan atau mendominasi satu sama lain.Sila kelima, “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”, mengajak kita untuk memastikan bahwa setiap warga negara mendapatkan hak yang sama dalam aspek ekonomi, sosial, dan politik. Ketidakadilan sosial sering kali menjadi salah satu pemicu utama terjadinya polarisasi, dan dengan menegakkan prinsip keadilan sosial, ketegangan yang berbasis ketimpangan ini dapat diminimalisasi.Tantangan Polarisasi Sosial di IndonesiaPolarisasi sosial di Indonesia bukanlah fenomena baru, tetapi intensitasnya semakin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi informasi, terutama media sosial. Platform-platform ini sering kali menjadi ruang bagi kelompok-kelompok dengan pandangan ekstrem untuk saling bertukar narasi yang mengarah pada pengutukannya terhadap kelompok lain. Polarisasi ini sering kali dipicu oleh perbedaan politik, agama, ras, dan bahkan identitas budaya. Tanpa kesadaran kolektif untuk saling menghargai, polarisasi ini berpotensi mengancam keutuhan bangsa.Namun, meskipun tantangan ini besar, kita tidak bisa menyerah begitu saja. Pancasila, sebagai dasar negara yang telah terbukti kokoh selama lebih dari tujuh dekade, memiliki potensi besar untuk menjadi solusi dalam mengatasi polarisasi sosial ini. Pancasila sebagai Pedoman dalam Mengelola PerbedaanPancasila memberikan pedoman yang jelas untuk mengelola perbedaan dalam masyarakat yang multikultural. Ketika polarisasi sosial muncul, kita perlu kembali pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila untuk meredakan ketegangan. Salah satunya adalah dengan mengutamakan musyawarah dan dialog sebagai sarana untuk menyelesaikan perbedaan, bukan kekerasan atau pengucilan kelompok lain.Kebijakan pemerintah yang berbasis pada nilai-nilai Pancasila juga sangat penting untuk menanggulangi polarisasi. Ini termasuk memastikan pemerataan pembangunan dan akses yang adil terhadap sumber daya, sehingga ketimpangan sosial yang seringkali menjadi akar dari polarisasi bisa diatasi. Ketika rakyat merasa dihargai dan diperlakukan dengan adil, mereka akan lebih mudah untuk menerima perbedaan yang ada dan mendukung terciptanya kerukunan sosial.Peran Pancasila dalam PendidikanPendidikan merupakan kunci untuk memastikan bahwa generasi muda memahami dan menginternalisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini, pendidikan Pancasila harus diperkuat, tidak hanya sebatas teori di sekolah, tetapi juga dalam praktik seharihari. Nilai-nilai Pancasila harus diajarkan dengan cara yang relevan dengan tantangan zaman, terutama di dunia maya yang penuh dengan ujaran kebencian dan polarisasi. Pendidikan karakter yang berbasis pada Pancasila akan membentuk individu yang lebih toleran, peduli, dan saling menghargai, sehingga dapat mencegah radikalisasi dan polarisasi yang merugikan.