Berita  

ANNIE, WARGA NON-KRISTEN, JUGA MERAYAKAN NATAL

Denny JA

Sebanyak 81 persen warga non-Kristen di Amerika Serikat juga merayakan Natal, sejak 2013 (1)

-000-

Di ruang tamu kecilnya,
pohon cemara berdiri.
Dihiasi cahaya kuning yang bergoyang seperti doa tak bersuara.

Annie menggantung bola-bola kaca,
Ia merenungkan masa lalu dan harapan.

Ia bukan Kristen,
tapi malam itu, ia bagian tradisi tua,
yang melintasi iman, waktu, dan asal mula.

Di sudut ruangan, hadiah-hadiah berbungkus cerah,
rahasia menunggu terkuak.

Teman-temannya datang membawa tawa,
dan kehangatan,
musim semi,
di tengah musim dingin yang membeku.

Mereka bertukar kisah, seperti para Majus bertukar emas,
mur, dan kemenyan.

Tetapi Annie tahu,
Ia tak percaya pada kisah Bunda Maria yang tetap perawan,
atau pada Yesus yang dilukis berwajah Eropa,
dengan mata biru seperti danau beku di Norwegia.

Namun, lagu Silent Night selalu menyentuhnya.
Nada lagu itu hembusan angin lembut meluruhkan dedaunan,
meninggalkan jejak di hati.

Ia mengenang masa mudanya di Indonesia.
Ucapan “Selamat Natal” menjadi medan perang kecil,
antara halal dan haram,
antara keyakinan dan keraguan.

Kini, di tanah yang jauh, di Amerika Serikat,
ia melihat sejarah menjadi sungai panjang yang berkelok,
mengalir membawa 4200 agama,
dengan mitos dan doa yang berbeda.

Annie sempat merasa salah. Apakah ia menghianati Ayahnya, guru agama, yang melarang ucapan natal. Tapi Annie ingin terbang lebih tinggi.

Annie berdiri di ambang malam,
di satu sisi suara ayahnya seperti rantai,
di sisi lain, Natal adalah angin bebas,
membisikkan dunia tanpa batas.”

Annie berpikir,
“Agama adalah warisan budaya,
seperti kain batik yang dipakai semua,
bukan hanya milik pembuatnya.”

Ia merasa,
agama bukanlah pagar,
melainkan jembatan,
menghubungkan jiwa-jiwa yang mencari makna.

Malam itu, ia menikmati Natal,
meski ia tak percaya Yesus anak Tuhan,
meski ia tak mengenal salib di jalan hidupnya.

Natal baginya adalah hangatnya api unggun,
yang menyala di tengah dinginnya dunia.

Ia menikmati kebersamaan,
bukan karena iman,
tapi karena cinta adalah bahasa semua manusia.

Di langit malam, bintang-bintang berkerlip seperti doa tanpa suara.
Dan di dalam hati Annie,
ada cahaya kecil yang menyala.

Ia meyakini.
Natal bukanlah milik satu kaum,
bukan satu warna.
Natal adalah malam tenang yang melingkupi semua,
seperti pelukan langit pada bumi yang lelah.

Natal adalah hujan dari alam gaib.
Ia jatuh tanpa memandang siapa yang di bawahnya.
Ia membasuh dunia dengan belaian lembut,
mengajarakan manusia
bahwa cinta kasih milik semua.”***

Jakarta, 25 Desember 2024

CATATAN

(1) Puisi Esai ini diinspirasi oleh Pew Research Center 2013 melaporkan 81 persen non-Kristen juga merayakan Natal

https://www.pewresearch.org/short-reads/2013/12/23/christmas-also-celebrated-by-many-non-christians/#:~:text=But%20a%20new%20Pew%20Research,Christians%20are%20a%20diverse%20group