Berita  

DENNY JA, SEORANG JENIUS MODERN ASAL INDONESIA

Oleh Dr. Satrio Arismunandar

Merayakan 62 tahun usia Denny JA, tanggal 4 Januari 2025, apa judul paling tepat bagi biografinya? Jika saya menjadi penulis biografinya, judul di atas yang akan saya gunakan.

Saya sudah berinteraksi dengan Denny JA sejak sama sama menjadi mahasiswa UI di awal tahun 1980-an awal. Saya masuk Jurusan Elektro FTUI pada 1980, sedangkan Denny JA masuk Jurusan Arsitektur pada 1981.

Denny tidak menyelesaikan kuliahnya di Arsitektur karena pindah jurusan ke Fakultas Hukum UI, lalu meneruskan pendidikan hingga jenjang doktor di Amerika. Sedangkan saya menyelesaikan S2 Ketahanan Nasional dan S3 Filsafat dengan “tetap setia” di UI.

Hubungan saya dengan Denny tak sebatas teman kuliah, tetapi juga di dunia aktivis. Saya pernah menanggapi tulisan Denny di rubrik opini Harian Kompas, tentang aktivis dan gerakan mahasiswa. Saya juga beberapa kali menulis dalam buku yang diterbitkan Kelompok Studi Proklamasi, kelompok studinya Denny JA dkk.

Hubungan saya selama 40 tahun lebih bisa disebut dekat, dan lima tahun terakhir ini, bahkan sangat dekat. Kedekatan ini menjadi penambah akurasi penilaian saya terhadap Denny JA.

-000-

Dalam sejarah peradaban manusia, istilah “jenius” sering disematkan kepada individu yang memiliki kapasitas luar biasa dalam menciptakan inovasi yang melampaui batas zaman. Leonardo da Vinci menguasai seni, sains, dan teknik. Rabindranath Tagore, pemenang Nobel Sastra, melampaui batas-batas sastra untuk menyentuh filsafat dan pendidikan.

Indonesia, di era modern, memiliki figur serupa: Denny JA. Dalam peranannya yang multidimensional, Denny JA telah memberikan kontribusi signifikan dalam politik, sastra, spiritualitas, media sosial, dan aktivisme sosial.

Ia bukan sekadar tokoh lokal; ia adalah inovator yang dampaknya menjangkau hingga dunia internasional.

Jenius di Dunia Konsultan Politik: Memimpin Revolusi Strategi

Denny JA adalah pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), lembaga survei dan konsultan politik pertama di Indonesia yang berskala nasional.

Sebelum era LSI, politik Indonesia didominasi oleh pendekatan tradisional berbasis intuisi dan karisma. Namun, Denny JA merevolusi lanskap tersebut dengan memperkenalkan metode ilmiah berbasis survei, riset opini publik, dan strategi pemasaran politik yang terukur.

Di bawah kepemimpinannya, LSI membantu memenangkan lima pemilu presiden berturut-turut (2004, 2009, 2014, 2019, 2024), sebuah prestasi yang tidak pernah dicapai oleh konsultan politik lainnya di dunia. Selain itu, LSI juga menjadi faktor kunci dalam kemenangan puluhan gubernur dan lebih dari 100 kepala daerah.

Apa yang membedakan Denny JA? Jawabannya terletak pada perpaduan antara strategi berbasis data dan kemampuan narasi.

Ia tidak hanya menyajikan data kepada kliennya, tetapi juga membangun cerita yang dapat menyentuh hati rakyat. Dalam konteks ini, ia memanfaatkan apa yang disebut “soft power”, yakni membangun pengaruh tanpa kekerasan, tetapi melalui komunikasi strategis.

Selain seorang intelektual, Denny JA adalah sosok yang komplit. Ia pengusaha di bidang konsultan politik, properti, food and beverage, hotel budget, hingga pertambangan.

Saya kenal seorang teman satu angkatan di Elektro FTUI, yang kini mengelola perusahaan tambang Denny JA. Asset kekayaan Denny kini sudah melampaui Rp1 triliun.

Padahal saya ingat betul, waktu masih aktivis mahasiswa, ia termasuk “mahasiswa kere.” Pada suatu ketika, sepulang dari suatu acara diskusi kalau tak salah, Denny pernah numpang di mobil saya. Saya waktu itu kuliah ke FTUI menggunakan mobil Toyota Kijang kuno (milik ayah saya). Sekarang jumlah mobil dan aset milik Denny sudah tak terhitung!

Puisi Esai: Menciptakan Genre Baru dalam Sastra

Dalam dunia sastra, Denny JA tidak hanya seorang penulis; ia adalah seorang inovator. Pada tahun 2012, ia menciptakan genre puisi esai, sebuah bentuk sastra yang memadukan elemen naratif, puisi, dan isu sosial.

Buku debutnya, Atas Nama Cinta, mengangkat isu diskriminasi dan kesetaraan gender, sekaligus membuka jalan bagi ratusan penulis lainnya untuk mengeksplorasi isu-isu serupa.

Puisi esai bukan sekadar genre baru; ia adalah gerakan. Dalam waktu kurang dari satu dekade, lebih dari 150 buku puisi esai telah diterbitkan di Asia Tenggara. Genre ini juga menjadi alat advokasi sosial yang kuat, digunakan untuk membahas isu-isu sensitif seperti pernikahan anak, kekerasan berbasis gender, dan diskriminasi agama.

Apa yang membuat puisi esai begitu unik? Puisi esai adalah perpaduan antara keindahan estetika dan kedalaman sosial.

Ia menggabungkan lirisisme puisi dengan daya narasi cerita pendek, menciptakan karya yang tidak hanya indah tetapi juga relevan.

Dalam konteks ini, Denny JA adalah seorang pionir, mengingatkan kita pada tokoh seperti Johann Wolfgang von Goethe, yang juga melampaui batas sastra untuk menyentuh dimensi lain dari kehidupan manusia.

Membangun Komunitas

Tak cuma di dunia sastra, Denny adalah tipe intelektual yang senang bereksperimen dengan hal-hal baru. Salah satunya adalah pemanfaatan AI (artificial intelligence) untuk melukis dan kreasi seni lain.

Kantor LSI Denny JA di Rawamangun dan delapan hotel budget-nya, antara lain di kawasan Mahakam, Jakarta Selatan, penuh dengan lukisan-lukisan AI karya Denny JA.

Denny juga adalah seorang filantropis yang berpikir panjang, jauh ke depan. Baginya, kekayaan bukan untuk dihabiskan dan dinikmati sendiri, tetapi untuk dimanfaatkan bagi kepentingan publik yang lebih luas, bahkan berkelanjutan. Seperti contoh sejumlah orang terkaya kelas dunia, Denny menciptakan dana abadi untuk kepentingan publik.

Mulai tahun 2024, Denny JA melalui Denny JA Foundation meluncurkan inisiatif baru berupa dana abadi untuk Penghargaan Bagi Penulis dan Festival Tahunan Puisi Esai.

Hibah untuk Award Penulis Tahunan ini bertujuan memberikan penghargaan kepada para penulis dalam empat kategori utama, dengan harapan program ini dapat bertahan hingga 50 tahun mendatang atau lebih lama lagi.

Denny mengungkapkan, inisiatif ini telah menjadi impiannya sejak ia masih menjadi mahasiswa di Pittsburgh University, Amerika Serikat, pada awal 1980-an.

Inspirasi datang dari Andrew Carnegie, industrialis yang membangun lebih dari 2.500 perpustakaan di seluruh dunia dengan keyakinan bahwa pengetahuan adalah kekayaan yang harus dibagikan.

Denny JA tak hanya pemikir individual, tapi juga membangun komunitas, seperti: Komunitas Puisi Esai, Esoterika Forum Spiritualitas, dan Kreator Era AI. Komunitas Puisi Esai jelas berkaitan dengan sastra dan literasi.

Esoterika Forum Spiritualitas berkaitan dengan pluralitas agama dan spiritualitas dalam arti luas. Sedangkan Kreator Era AI mendorong kreasi dan inovasi dalam berbagai bidang yang memanfaatkan kemajuan AI (artificial intelligence).

Sebagai pemikir, Denny tak hanya terlibat dalam isu demokrasi dan politik, tapi juga sastra hingga agama dan spiritualitas. Pendekatannya dalam studi agama, dikatakan oleh dosen STF Driyarkara Budhy Munawar-Rachman, telah melampaui era Cak Nur karena ia membawa pendekatan kuantitatif, neuroscience dan positive psychology, yang belum dikenal Cak Nur di eranya.

Sebagai pemikir multididiplin, Denny JA kini menyusun enam prinsip emas spiritualitas di era AI (The Six Golden Principles of Spirituality in the Era of AI). Setelah studi mendalam selama 30 tahun dalam penemuan positive psychology, neuroscience, mempelajari tradisi aneka agama, Denny JA menyatakan, enam prinsip emas.

Salah satu dari enam prinsip itu adalah “Agama Sebagai Warisan Kultural Milik Bersama.”

Lebih dari 4.200 agama dan kepercayaan yang ada di dunia bukan hanya milik para penganutnya. Tetapi juga warisan budaya umat manusia. Setiap agama, dalam intinya, menyimpan pesan cinta, belas kasih, dan kebijaksanaan yang universal.

Hidup secara spiritual di era ini adalah upaya melakukan universalisasi ajaran agama itu agar bisa juga dinikmati oleh siapa saja, termasuk yang bukan penganut resmi agama itu.

Dalam pandangan Denny JA, universalisasi pesan agama ini bukan berarti menghapus perbedaan. Tetapi itu justru menggali keberagaman yang dapat memperkaya batin.

-000-

Media Sosial dan Pengaruh Global

Di era digital, Denny JA adalah salah satu tokoh pertama di Indonesia yang memahami potensi media sosial sebagai alat pengaruh.

Pada 2014, majalah TIME mengakui Denny JA sebagai salah satu dari 30 orang paling berpengaruh di Internet, berkat perannya dalam memanfaatkan media sosial untuk membentuk opini publik selama pemilihan presiden Indonesia.

Melalui media sosial, Denny JA menciptakan ruang diskusi yang melibatkan jutaan orang, membahas isu-isu mulai dari politik hingga hak asasi manusia. Pengaruhnya di Twitter begitu besar sehingga ia menerima penghargaan World’s Golden Tweet pada 2014.

Mengapa ini penting? Media sosial bukan hanya alat komunikasi; ia adalah medan perang ideologi. Dalam konteks ini, Denny JA memanfaatkan media sosial sebagai alat untuk mempromosikan nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan demokrasi.

Ia membuktikan bahwa media sosial tidak hanya bisa digunakan untuk hiburan atau pemasaran, tetapi juga untuk perubahan sosial.

Aktivisme Sosial: Membawa Seni ke Ranah Kemanusiaan

Sebagai pendiri Gerakan Indonesia Tanpa Diskriminasi, Denny JA menggunakan seni sebagai alat advokasi. Melalui puisi esai, video pendek, dan kampanye digital, ia membawa perhatian publik pada isu-isu sosial yang sering diabaikan.

Gerakan ini tidak hanya beroperasi di tingkat wacana; ia juga menghasilkan perubahan nyata. Misalnya, karya seni dan sastra yang dihasilkan oleh gerakan ini telah digunakan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya toleransi dan hak asasi manusia.

Apa yang membuat pendekatannya unik?
Denny JA mengintegrasikan seni dengan aktivisme. Ia memahami bahwa seni memiliki kekuatan untuk menyentuh hati, sesuatu yang tidak selalu dapat dicapai oleh retorika politik atau akademik.

Dalam hal ini, ia mirip dengan tokoh seperti Rabindranath Tagore, yang juga menggunakan seni sebagai alat perubahan sosial.

Kreativitas Multidisipliner: Sebuah Ciri Jenius

Apa yang membuat seseorang dianggap sebagai jenius? Jawabannya terletak pada kemampuan untuk melampaui batas-batas disiplin ilmu dan menciptakan sesuatu yang baru. Denny JA adalah contoh nyata dari ini.

  1. Di dunia politik, ia menciptakan revolusi strategi dengan memadukan riset ilmiah dan narasi.
  2. Di dunia sastra, ia menciptakan genre baru yang menginspirasi generasi penulis berikutnya.
  3. Di dunia media sosial, ia memanfaatkan teknologi untuk memengaruhi opini publik secara masif.
  4. Di aktivisme sosial, ia menggunakan seni untuk mempromosikan keadilan dan kesetaraan.

Apakah Denny JA Seorang Jenius?

Kata “jenius” sering kali digunakan secara berlebihan, tetapi dalam kasus Denny JA, istilah ini terasa tepat.

Ia tidak hanya seorang ahli dalam satu bidang; ia adalah inovator yang melintasi berbagai disiplin, menciptakan dampak yang mendalam dan bertahan lama.

Tiga Alasan Mengapa Denny JA Layak Disebut Jenius:

Pertama, inovasi yang Berkelanjutan. Dari politik hingga sastra, ia terus menciptakan sesuatu yang baru dan relevan.

Kedua, dampak yang luas. Karyanya memengaruhi tidak hanya individu tetapi juga struktur sosial dan politik.

Ketiga, pengakuan internasional. Penghargaan dari TIME Magazine, Guiness Book of World Record, dan prestasi global lainnya menunjukkan bahwa pengaruhnya melampaui batas-batas Indonesia.

Kesimpulan

Denny JA adalah seorang jenius modern asal Indonesia, seorang tokoh multidimensi yang telah memberikan kontribusi signifikan dalam politik, sastra, media sosial, dan aktivisme sosial.

Dalam setiap bidang yang ia geluti, ia tidak hanya berhasil tetapi juga menciptakan standar baru yang menginspirasi generasi berikutnya.

Dalam dunia yang semakin kompleks dan terfragmentasi, figur seperti Denny JA mengingatkan kita bahwa inovasi, kreativitas, dan empati tetap menjadi kekuatan yang dapat mengubah dunia.

Sebagai individu, ia bukan hanya seorang pemikir atau kreator; ia adalah simbol dari potensi manusia untuk melampaui batas dan menciptakan sesuatu yang benar-benar luar biasa.

Dengan segala kontribusinya yang besar bagi dunia literasi, ekonomi, budaya, kegiatan derma, dan politik di Indonesia, sebagai seorang sahabat saya mendoakan, semoga Denny JA selalu sehat, bahagia dan hidupnya diberkahi Allah SWT. ***

Satrio Arismunandar adalah pemimpin redaksi OrbitIndonesia.com dan majalah geopolitik-pertahanan ARMORY REBORN. Doktor Filsafat lulusan Fakultas Ilmu-ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI ini adalah mantan wartawan Harian Kompas (1988-1995) dan Divisi News Trans TV (2002-2012). Ia sekarang menjadi Sekjen Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA.