Jember – GIN JATIM subsidi 3 kilogram yang belakangan semakin sulit ditemukan di berbagai wilayah. M. Samsul, Juru Bicara POSPERA Jember, menegaskan bahwa gas bersubsidi tersebut merupakan kebutuhan mendasar masyarakat kecil, terutama mereka yang bergantung pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Dalam keterangannya kepada wartawan, Samsul menuding pemerintah pusat kurang responsif dalam mengatasi persoalan ini. “LPG 3 kilogram adalah hajat hidup orang banyak dan menyangkut kehidupan rakyat kecil. Pejabat-pejabat di ibukota jangan senang menari di atas penderitaan orang lain. Asal kita dari rakyat, Boss!” ujar Samsul dengan nada geram.
Kelangkaan LPG 3 Kg Picu Dampak Luas bagi Masyarakat Kecil
Kelangkaan LPG 3 kilogram di Kabupaten Jember telah berdampak luas terhadap berbagai sektor ekonomi rakyat. Salah satu yang paling terdampak adalah para pelaku UMKM, warung makan, serta pedagang kaki lima yang mengandalkan gas subsidi untuk menjalankan usaha mereka.
Liyana Widiya, seorang operator laundry di kawasan Kampus Universitas Jember (UNEJ), turut mengungkapkan keresahannya. Ia mengatakan bahwa kelangkaan LPG 3 kilogram tidak hanya menyulitkan masyarakat kecil tetapi juga berisiko melumpuhkan sektor usaha berbasis rumah tangga dan UMKM yang sangat bergantung pada gas elpiji tersebut.
“Kalau gas sulit didapat dan harganya melambung, usaha kecil seperti kami yang paling kena imbasnya. Kami tidak bisa terus-menerus membeli gas ukuran lebih besar karena harganya mahal. Padahal, pelanggan tetap meminta layanan kami. Ini jelas memberatkan,” keluh Liyana.
Menurutnya, kondisi ini bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani. Ia bahkan mengingatkan kejadian tragis di Tangerang Selatan, di mana seorang warga meninggal dunia akibat antrean panjang untuk mendapatkan LPG subsidi. “Saya berharap pemerintah segera melakukan normalisasi agar kejadian antre LPG sampai meninggal dunia di Tangerang Selatan tidak merembet ke daerah lainnya,” tambahnya.
Antrian Panjang dan Harga Melonjak Tajam
Pantauan di lapangan menunjukkan antrean panjang di berbagai pangkalan LPG di Kabupaten Jember. Warga rela menunggu berjam-jam demi mendapatkan gas bersubsidi, yang kini semakin langka. Bahkan, di beberapa daerah, harga LPG 3 kilogram sudah melambung tinggi di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).
Seorang pedagang gorengan di Arjasa Jember, Siti Ikrimah (30 tahun), mengungkapkan bahwa ia kini harus mengurangi jumlah produksi karena sulitnya mendapatkan LPG subsidi. “Biasanya saya beli gas di pangkalan seharga Rp18 ribu, sekarang di pengecer harganya bisa sampai Rp30 ribu. Itu pun susah dapatnya. Kalau harga begini terus, mau tidak mau saya harus naikkan harga jual atau berhenti jualan,” ungkapnya pasrah.
Kondisi ini diperparah dengan maraknya dugaan permainan harga oleh spekulan yang menimbun stok LPG untuk kemudian dijual dengan harga lebih tinggi. Warga berharap pemerintah daerah bersama aparat penegak hukum segera turun tangan untuk menertibkan distribusi LPG 3 kilogram agar tidak dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab Pewarta Jaka/Husnul