Berita  

Kericuhan dalam Rapat Evaluasi Pemerintahan Desa Pasir Putih: Oknum Guru Diduga Jadi Provokator

Halmahera Selatan, 19 Februari 2025 – Rapat evaluasi pemerintahan Desa Pasir Putih, Kecamatan Obi Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, berubah menjadi ajang kericuhan. Seorang guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Pasir Putih, Mariyono La Ambo, diduga menjadi provokator dalam insiden tersebut.

Dugaan ini menguat setelah beredar video berdurasi sekitar dua menit yang memperlihatkan Mariyono lebih aktif memprovokasi warga daripada bersikap sebagai seorang pendidik. Warga yang menyaksikan tindakan tersebut merasa geram dan menilai perilaku Mariyono tidak mencerminkan sikap seorang guru yang seharusnya menjadi panutan.

“Kami sangat kecewa. Seorang guru seharusnya memberikan contoh yang baik, bukan malah bertindak seperti preman,” ujar salah seorang warga dengan nada kesal.

Pemicu Kericuhan

Kericuhan bermula ketika pemerintah desa mengirim surat kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD) untuk mengadakan rapat evaluasi realisasi kegiatan pemerintahan desa tahun anggaran 2024. Rapat tersebut sejatinya hanya melibatkan pemerintah desa dan BPD.

Namun, pada pagi harinya, anggota BPD, Mohdar La Ani, secara sepihak mengumumkan rapat umum kepada masyarakat tanpa berkoordinasi lebih lanjut dengan pemerintah desa. Akibatnya, banyak warga datang ke kantor desa dengan ekspektasi akan mengikuti pertemuan terbuka.

Situasi mulai memanas ketika pemerintah desa meminta BPD bertanggung jawab atas kesalahpahaman tersebut. Kepala desa berusaha menjelaskan bahwa pertemuan awal hanya diperuntukkan bagi pemerintah desa dan BPD, sebelum nantinya digelar rapat lanjutan bersama masyarakat.

Namun, suasana semakin tidak terkendali setelah diduga adanya provokasi dari Mariyono La Ambo. Sikapnya yang dinilai menghasut warga membuat ketegangan semakin meningkat hingga akhirnya terjadi kericuhan.

Tuntutan Sanksi bagi Oknum Guru

Peristiwa ini memunculkan pertanyaan mengenai sikap Kepala MIN Pasir Putih terhadap keterlibatan Mariyono dalam insiden tersebut. Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak madrasah terkait tindakan yang akan diambil terhadap oknum guru tersebut.

Sebagian warga mendesak Kantor Kementerian Agama (Kandepag) Seksi Pendidikan Islam agar segera mengambil tindakan tegas terhadap Mariyono. Mereka menilai, seorang pendidik yang terlibat dalam aksi provokasi tidak layak berada di lingkungan pendidikan.

Hingga berita ini diturunkan, pihak pemerintah desa dan BPD belum memberikan pernyataan resmi terkait langkah penyelesaian insiden tersebut. Warga berharap kejadian serupa tidak terulang dan pemerintah desa dapat lebih tegas dalam menjaga ketertiban serta kondusivitas wilayah.