Budaya  

Luntur Ditengah Layar: “Permainan Sental (Kelereng) di Kabupaten Bangka Kian Tergerus Gadget”

Provinsi kepulauan bangka belitung

Ginewstv Investigasi.com.

Bangka belitung. Minggu-po-11-2025.
Opini oleh: Aldo Pratomo
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, permainan tradisional perlahan kehilangan tempatnya di hati generasi muda.

Sebagai anak desa yang tumbuh dan besar di Kabupaten Bangka, saya menyaksikan sendiri bagaimana permainan sental atau kelereng dulu menjadi bagian penting dari masa kecil kami. Setiap sore selepas sekolah,

kami berkumpul di halaman rumah, di tanah lapang, atau di bawah pohon rindang sambil membawa kantong kain berisi kelereng warna-warni. Tawa dan sorak kemenangan selalu menghiasi sore-sore itu. Kini, suasana seperti itu nyaris hilang.

Menurut Aldo Pratomo, mahasiswa Universitas Bangka Belitung (UBB) jurusan Agribisnis Pertanian, permainan tradisional seperti sental atau kelereng mengalami penurunan drastis akibat pengaruh gadget yang semakin kuat di kalangan anak-anak.

Anak-anak sekarang lebih senang bermain gim di ponsel daripada turun ke lapangan bersama teman-teman. Dulu, kelereng jadi simbol kebersamaan, tapi sekarang hampir tak terlihat lagi,” jelas Aldo.

Ia menambahkan, perkembangan teknologi sebenarnya bukan hal yang buruk. Namun, penggunaan yang berlebihan telah menggeser nilai-nilai sosial yang dulu melekat dalam permainan tradisional.

“Gadget memang membawa kemudahan, tapi juga membuat anak-anak kehilangan waktu berinteraksi secara langsung. Nilai sportivitas dan kerja sama yang dulu diajarkan lewat permainan sental atau kelereng kini mulai hilang,” tambahnya.

Fakta di lapangan juga menunjukkan hal serupa. “Saat ini permainan tradisional sudah mulai ditinggalkan generasi muda dan mereka lebih suka bermain game online dan lainnya,” ungkap Rakhmadi, sebagaimana dikutip dari situs resmi [Babel.AntaraNews.com]

Di beberapa wilayah Kabupaten Bangka, permainan sental atau kelereng yang dulunya mudah dijumpai kini hampir tak pernah terlihat lagi. Banyak lahan bermain telah beralih fungsi, sementara anak-anak lebih memilih bermain di dunia virtual.

“Saya sering melihat anak-anak lebih sibuk dengan gawainya daripada bermain di luar rumah. Padahal permainan tradisional itu punya nilai budaya dan kebersamaan yang tinggi,” ujar Aldo.

“Kabupaten Bangka terus menurun dalam semangat permainan tradisionalnya. Ini harus jadi perhatian bersama,” tutup Aldo dengan nada optimis.

Permainan sental atau kelereng bukan sekadar hiburan, tetapi juga wadah belajar tentang strategi, kesabaran, dan sportivitas. Nilai-nilai seperti inilah yang kini mulai luntur karena tergantikan oleh layar ponsel.

Saya tidak menolak kemajuan teknologi, tetapi saya percaya bahwa kemajuan seharusnya tidak menghapus akar budaya. Kita perlu mencari cara agar keduanya bisa berjalan berdampingan misalnya melalui kegiatan lomba permainan tradisional di sekolah-sekolah,

festival budaya, atau aplikasi edukatif yang memperkenalkan permainan sental dalam bentuk digital.
Permainan tradisional seperti sental atau kelereng adalah bagian dari identitas masyarakat Bangka. Jika dibiarkan hilang, maka yang lenyap bukan hanya permainan, tetapi juga semangat kebersamaan yang menjadi ciri khas masyarakat kita. Tutupnya.

Ginewstv Investigasi.com.(Fuad)